Tupperware Diambang Kebangkrutan
Tupperware merencanakan lakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada pegawainya. Pemotongan tenaga kerja ini tidak terlepas dari keadaan keuangan perusahaan yang lebih buruk.
Tidak itu saja, saham perusahaan itu turun juga 90 % dalam satu tahun paling akhir.
Mencuplik CNN Business, Selasa (11/4), karena keadaan itu, perusahaan yang pasarkan produk plastik untuk kepentingan rumah tangga itu perlu tambahan dana supaya bisa bertahan.
Dana tambahan satu diantaranya dapat diperoleh dari pemotongan jumlah pegawai.
CEO Tupperware Miguel Fernandez menjelaskan selainnya memotong jumlah pegawai, faksinya sedang mengevaluasi portofolio real estatnya untuk usaha penghematan uang yang semakin lebih prospektif.
"Perusahaan lakukan semua daya untuk kurangi imbas kejadian belakangan ini, dan kami ambil tindakan selekasnya untuk cari pendanaan tambahan dan menangani posisi keuangan kami," sebut Miguel Fernandez.
Usaha yang telah jalan 77 tahun ini tengah diuji tuntutan jaman. Tupperware sudah berusaha untuk melepas citranya yang tenang dan memulai menarik pelanggan yang semakin lebih muda lewat produk yang semakin lebih baru serta lebih trendy.
Riset Retail sekalian Direktur Eksekutor GlobalData Ritel Neil Saunders menjelaskan ada banyak permasalahan yang terakhir bikin rugi Tupperware. Seperti pengurangan pemasaran dan produk yang condong 'kolot'.
"Beberapa permasalahan bikin rugi Tupperware, terhitung pengurangan tajam dengan jumlah penjualan, pengurangan customer pada produk rumah tangga, dan merk yang belum seutuhnya tersambung dengan customer yang semakin lebih muda," ucapnya.
Saunders menjelaskan Tupperware ada dalam posisi darurat secara keuangan karena berusaha untuk tingkatkan pemasaran. Di lain sisi, asset perusahaan condong kecil, hingga perusahaan tidak banyak memiliki kemampuan untuk kumpulkan uang.
"Perusahaan ini dahulunya sebagai sarang pengembangan, tapi saat ini betul-betul kehilangan kelebihannya," pungkasnya.
Posting Komentar untuk "Tupperware Diambang Kebangkrutan"